Hari demi hari terus berlalu. Bulan Sya’ban terus melaju dan Ramadhan semakin mendekat. Bulan yang penuh dengan berkah dan keutamaan. Betapa menyedihkan apabila kita tidak diberi taufik untuk bertemu dengan bulan itu dan beramal salih di dalamnya.
Saudaraku yang dirahmati Allah, betapa banyak dosa yang telah kita lakukan di hadapan-Nya. Waktu demi waktu berlalu dan Allah terus saja membuka pintu taubat. Allah bentangkan tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubat pelaku dosa di siang hari. Dan Allah bentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat pelaku maksiat di malam hari. Wahai saudaraku, apakah Allah kurang pemurah dan pemaaf terhadap kita?!
Demi Allah, tidaklah Allah bakhil dari mencurahkan kesempatan kepada kita untuk memperbaiki diri dan bertaubat kepada-Nya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah menyeru hamba-hamba-Nya yang melampaui batas kepada dirinya sendiri; agar mereka tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Sesungguhnya Allah mengampuni segala bentuk dosa bagi siapa saja yang mau kembali dan betaubat dengan tulus kepada-Nya.
Sadarlah bahwa kesempatan untuk bertaubat itu masih terbuka, selama nyawa masih belum berada di tenggorokan kita. Akan tetapi kita tidak mengetahui kapankah saatnya malaikat maut datang untuk mencabut nyawa kita. Bisa jadi kematian datang dan Ramadhan belum jua datang menghampiri kita. Ya, taubat harus kita lakukan sekarang juga. Tidak perlu menunggu Ramadhan, tidak perlu menunggu bulan puasa, tidak perlu menunggu semerbak shaum menyelimuti manusia.
Wahai saudaraku yang dirahmati Allah, kesempatan itu masih terbuka lebar untuk kita. Apakah engkau ragu akan luasnya ampunan Allah dan rahmat-Nya?! Bukankah Allah menerima taubat si pembunuh seratus nyawa? Bukankah Allah menerima taubat orang-orang musyrik penyembah berhala yang berubah menjadi pengikut setia Nabi akhir zaman shallallahu ‘alaihi wa sallam? Bukankah Allah menerima taubat Ka’ab bin Malik dan teman-temannya radhiyallahu’anhum ajma’in? Bukankah Allah menerima taubat Adam dan istrinya ‘alaihimassalam yang telah melanggar aturan Rabb mereka?!
Katakanlah saudaraku, apa yang membuat kita terhalang dari taubat kalau bukan berhala hawa nafsu yang bercokol di dalam dada kita?
Syaikh Zaid bin Hadi al-Madkhali rahimahullah berkata, “Patut dimengerti, sesungguhnya tidak ada seorang pun yang meninggalkan ibadah kepada Allah melainkan dia pasti memiliki kecondongan beribadah/menghamba kepada selain Allah. Mungkin orang itu tidak tampak memuja patung atau berhala. Tidak tampak memuja matahari dan bulan. Akan tetapi, dia menyembah hawa nafsu yang menjajah hatinya sehingga memalingkan dirinya dari beribadah kepada Allah.” (lihat Thariq al-Wushul ila Idhah ats-Tsalatsah al-Ushul, hal. 147)
Syaikh Abdullah bin Shalih al-‘Ubailan hafizhahullah mengatakan, “Ketahuilah, bahwa tauhid dan mengikuti hawa nafsu adalah dua hal yang bertentangan. Hawa nafsu itu adalah ‘berhala’, dan setiap hamba memiliki ‘berhala’ di dalam hatinya sesuai dengan kadar hawa nafsunya. Sesungguhnya Allah mengutus para rasul-Nya dalam rangka menghancurkan berhala dan supaya -manusia- beribadah kepada Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Bukanlah maksud Allah subhanahu adalah hancurnya berhala secara fisik sementara ‘berhala’ di dalam hati dibiarkan. Akan tetapi yang dimaksud ialah menghancurkannya mulai dari dalam hati, bahkan inilah yang paling pertama tercakup.” (lihat al-Ishbah fi Bayani Manhajis Salaf fit Tarbiyah wal Ishlah, hal. 41)
Ya Allah, pertemukanlah kami dengannya…
—